Peningkatan Manajemen Lingkungan di Sektor Tekstil: Pendekatan Organisational-Life Cycle Assessment
Review Jurnal kali ini akan membahas tentang:
1. Goal and Scope Definition
2. Life Cycle Inventory
3. Life Cycle Impact Analysis
4.Interpretation
5. Discuccion and Conclussion
1. Goal and Scope Definition
2. Life Cycle Inventory
3. Life Cycle Impact Analysis
4.Interpretation
5. Discuccion and Conclussion
Abstrak
Peningkatan
jumlah perusahaan tekstil diadopsi strategi sustainability untuk mencapai
keuntungan jangka panjang. Proses pengambilan keputusan baru untuk sektor
tekstil mengeksploitasi metodologi
organisasi Life Cycle Assesment (LCA)
yang menyediakan sistem manajemen yang mampu mendukung perusahaan dalam
memantau dan mengevaluasi kinerja lingkungan dengan perspektif dinamis dan
mengidentifikasi kegiatan dan/atau pabrik mekanik apakah perlu ditingkatkan
atau diubah. Hal ini ditujukan untuk mengurangi dampak lingkungan, menghemat
biaya, dan mengembangkan kasus bisnis untuk sustainability.
Cara mengembangkan sistem menajemen ini dilakukan dengan meninjau literatur
tertentu dan melakukan wawancara semi terstruktur pada enam perusahaan tekstil.
Di perusahaan, informan termasuk managing
director, manajer pabrik, supervisor toko dan pekerja, serta perwakilan dari
Komite Corporate Social Responsibility.
Selain itu juga dilakukan observasi langsung yang digunakan sebagai metode
pengumpulan data.
A. Perkenalan
Industri
tekstil dan pakaian adalah salah satu industri terbesar yang secara global
bernilai lebih dari $450.000.000.000 dalam hal penjualan nominal (Riset Ekonomi
Euler Hermes 2016) dan pada saat yang sama merupakan salah satu penyebab polusi utama lingkungan. Beban yang disebabkan oleh
sektor ini dikaitkan dengan:
1.
Konsumsi energi : untuk produksi serat buatan dan benang, proses
finishing, dan proses mencuci dan mengeringkan pakaian
2.
Konsumsi air dan bahan kimia è untuk
menumbuhkan serat, proses pencelupan dan finishing, kegiatan laundry
3.
Limbah padat : timbul dari tekstil
dan manufaktur pakaian dan sebagian besar dari
pembuangan produk pada siklus akhir
4.
Emisi CO2 langsung : terkait dengan proses transportasi dalam rantai
pasokan global.
Selama dua puluh tahun terakhir, permintaan
tekstil dan pakaian yang ramah lingkungan yang diproduksi dan didistribusikan dapat
meminimalkan dampak negatif tersebut telah bermunculan dari sejumlah pemangku kepentingan, termasuk konsumen, merek dan pengecer terkenal
(seperti Levi, Gap, H & M, dan
Wal-Mart), organisasi non profit, perhatian publik, media massa, dan badan pengawas dan otoritas publik (regulasi REACH
Uni Eropa).
Oleh
karena itu, prinsip-prinsip, pendekatan, dan strategi
sustainability kemudian menjadi hal penting bagi perusahaan
tekstil dan pakaian untuk tetap
kompetitif di pasaran. Namun, ada ketidakkonsistenan
antara peluang perusahaan untuk
meningkatkan sustainability dan
implementasi yang sebenarnya, seperti banyak perusahaan yang berkomitmen untuk sustainability, tapi
hanya beberapa yang menempatkan komitmen
mereka ke dalam tindakan. Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan mengalami
kesulitan dalam menangani sustainability,
yaitu perusahaan seringkali mengalami kekurangan informasi yang tepat untuk
mendasari keputusan dan perusahaan berjuang untuk menentukan kasus bisnis untuk
produk mereka yang sering mengalami kecacatan.
Jurnal ini bertujuan untuk
mengembangkan proses pengambilan keputusan dengan pendekatan Organisational Life Cycle Accesment (O-LCA)
untuk mendukung manajemen dalam menciptakan praktik terbaik antara lingkungan dan ekonomi yang tersedia secara:
a.
Tingkat teknis : peralatan produksi yang lebih efisien
b.
Tingkat
pemasok : penggunaan bahan daur ulang
c.
Tingkat manajemen : pengenalan teknik produksi ramping untuk minimisasi limbah
Tujuannya adalah untuk memberikan panduan, metode, dan alat untuk mengidentifikasi dan
menilai dampak lingkungan hidup dari siklus perusahaan, serta memilih alternatif lingkungan terbaik. Proses ini akan membantu perusahaan tekstil dan
pakaian mengintegrasikan tujuan
lingkungan ke dalam manajemen kontrol perusahaan dan sistem pengambilan
keputusan untuk mencapai keuntungan lingkungan dan ekonomi pada saat yang sama.
B. Latar Belakang Teoritis
Life
Cycle Thinking (LCT) adalah salah satu pendekatan yang dapat mendukung perusahaan dalam membuat industri manufaktur,
termasuk sektor tekstil dan pakaian, lebih sustainable dan tidak berdampak buruk
pada lingkungan, namun pada saat yang sama tetap kompetitif. Life Cycle Management (LCM) didefinisikan
sebagai "suatu kerangka konsep terpadu yang memiliki teknik dan prosedur untuk
mengatasi lingkungan, ekonomi, teknologi, dan aspek sosial dari produk dan
organisasi untuk mencapai perbaikan lingkungan yang sustainable berdasarkan perspektif siklus hidup mulai dari akuisisi
bahan baku, melalui proses manufaktur, penggunaan, dan sampai pembuangan akhir.
LCM adalah kerangka manajemen yang mendukung
perusahaan untuk meminimalkan beban lingkungan yang berkaitan dengan proposisi nilai mereka, sementara juga memaksimalkan nilai
ekonomi yang dihasilkan. Dalam kerangka LCM, tujuan sustainability
dicapai dengan menggunakan teknik dan pendekatan, analisis dan prosedural, alat, program, strategi
dan kebijakan siklus hidup.
LCA adalah salah satu teknik yang
paling terkemuka untuk mengevaluasi potensi aspek lingkungan dari sistem produk atau layanan melalui semua tahapan siklus hidup. Dengan pendekatan LCA,
dapat membangun pendukung kuat untuk produk yang berhubungan dengan pengambilan keputusan (misalnya analisis
biaya manfaat, materi aliran analisis, LCA sosial, biaya siklus hidup, dan analisis
input output). Metodologi ini mampu memenuhi:
a.
Perusahaan yang membutuhkan identifikasi hotspot lingkungan di seluruh rantai value
b.
Monitoring
dan pengendalian lingkungan kinerja
c.
Pendukung keputusan strategis
d.
Memberikan informasi untuk
pengungkapan corporate sustainability
Secara keseluruhan, O-LCA memberdayakan organisasi
untuk mendefinisikan strategi sustainability mereka dan meningkatkan
kegiatan operasional mereka, memfasilitasi
perubahan menjadi konsumsi dan pola produksi yang lebih sustainable, menuju sumber daya ekonomi yang efisien. Sebagian besar
persyaratan dan pedoman yang ditetapkan dalam standar untuk produk LCA juga cocok untuk O-LCA. Perbedaan
antara dua pendekatan mengacu kepada ruang lingkup dan tahap inventarisasi, sebagai objek penelitian yang berbeda. Selain itu, O-LCA tidak boleh digunakan untuk
perbandingan analisis antara organisasi dan
komunikasi kepada publik (misalnya, peringkat perusahaan), melainkan untuk
menangani perbaikan dalam organisasi
tertentu.
Metodologi
Organisation Environmental Footprint (OEF), didasarkan pada ukuran multi-kriteria kinerja lingkungan organisasi dari perspektif siklus hidup. Meskipun OEF dapat
dianggap sebagai jenis tertentu dari
O-LCA, namun tidak sepenuhnya sama pada beberapa prinsip dan persyaratan LCA. Bahkan penerapan O-LCA meningkat dengan pesat dan muncul pengalaman eksploratif yang signifikan dan lengkap, namun praktek umum aplikasi dari O-LCA masih belum, maka masih
diperlukan penelitian untuk memahami bagaimana
O-LCA harus dilaksanakan oleh
perusahaan.
C. Pengembangan proses pengambilan
keputusan
Dalam
rangka mendukung perusahaan tekstil dan pakaian beroperasional untuk melaksanakan komitmen mereka terhadap sustainability untuk mengintegrasikan profitabilitas secara sinergis dalam jangka pendek dan
jangka panjang, mereka melakukan proses
pengambilan keputusan untuk melindungi ekosistem berdasarkan metode O-LCA. Proses
pengambilan keputusan dilakukan di
atas kerangka kerja teknis untuk standar O-LCA oleh
Organisasi Standar Internasional. Pada kasus tertentu, O-LCA yang sejalan dengan LCA, harus
meliputi empat tahap,
yaitu:
a.
Mendefinisi tujuan dan ruang lingkup
b.
Menganalisis persediaan
c.
Menilai
dampak
d.
Menginterpretasikan hasil.
Dalam jurnal ini, setiap tahap O-LCA dibahas dengan mengacu kepada sektor tekstil, dan alat operasionalnya.
Metodologi yang diterapkan untuk mengembangkan alat ini
diproses melalui kajian literatur,
wawancara,
dan aplikasi empiris. Pada penelitian ini dilakukan 20 wawancara mendalam semi terstruktur pada enam
perusahaan tekstil. Wawancara berkisar antara 1 sampai 4 jam. Selain itu, juga digunakan observasi
langsung untuk meningkatkan keandalan penelitian dan triangulasi data yang diperoleh selama
wawancara.
C1. Tahap 1: Goal and Scope
Definition
Tahap
scoping merupakan
tahap mendefinisikan secara luas, mendalam, dan detail dari pembelajaran sesuai dengan target
yang telah ditetapkan.
Goal and Scope menyatakan kerangka untuk
penilaian dan mempengaruhi tahapan.
Berbeda dengan LCA, dalam O-LCA dilakukan analisis pelaporan unit organisasi dan aliran
pelaporannya adalah ukuran output dari organisasi pelapor selama periode acuan. Batasan sistem adalah batas yang menentukan proses, sumber daya dan emisi yang berhubungan dengan organisasi pelapor
dan termasuk dalam studi. Studi ini mencakup
persiapan dan pemintalan serat tekstil serta
tekstil tenun, finishing tekstil, finishing (tapi bukan manufaktur) pakaian, pembuatan tekstil buatan
kecuali pakaian (misalnya, selimut,
karpet, tali, dan sebagainya).
Tekstil
dapat dihasilkan dari berbagai bahan baku, serat alami atau buatan. Persiapan dan proses pembuatan serat tekstil
meliputi kegiatan mengguncang dan mencuci
sutra, mengkarbonisasi wol dan mencelupkan wol bulu domba, menyisir semua jenis serat, memintal
dan membuat benang, memutar, melipat, menggulung dan
mencelupkan benang filamen. Proses finishing
tekstil meliputi pemutihan, pencelupan, pleating, waterproofing,
coating, dan menyablon sutra. Pembuatan tekstil lainnya memperhatikan rajutan atau kain rajutan, karpet, tali, kain tenun, hiasan dan barang tekstil yang dijadikan selimut,
karpet, tempat tidur, bantal, kantong tidur, tirai, seprei, tenda, jaket, dan parasut. Yang menjadi pengecualian adalah persiapan operasi yang dilakukan dalam
kombinasi dengan pertanian dan pembuatan serat sintetis (yang merupakan bagian
dari manufaktur bahan kimia). Totalnya ada 13 proses makro yang
tergabung dalam peta scoping tekstil O-LCA, seperti pada
gambar 1: pemintalan, tenun, rajut,
manufaktur non-woven, pemotongan, pembuatan, pemangkasan, desizing, penggosokan, pemutihan,
pencelupan, pencetakan, dan finishing.
Idealnya, batas sistem O-LCA harus
mempertimbangkan seluruh organisasi orang dan nilai, termasuk kegiatan
langsung yang dilakukan oleh organisasi.
Prioritas dari kegiatan yang akan
dimasukkan dalam penelitian ini adalah suatu langkah penting. Mengingat siklus kegiatan yang berdampak pada lingkungan dari produk tekstil, diperlukan kontribusi
yang signifikan terhadap dampak lingkungan dan juga untuk fase penggunaan pakaian (pencucian,
pengeringan dan setrika). Pada tahap akhir, distribusi produk dan kegiatan daur
ulang/pembuangan menjadi sangat
penting. Seiring dengan siklus hidup produk tekstil, perusahaan tekstil tidak mempermasalahkan pada tahap penggunaan
produk-produknya. Karena itu, dalam jurnal ini perspektif yang diambil yaitu sampai
pintu gerbang pelaporan organisasi,
dan tahap setelahnya dikecualikan.
Tujuan
utama dari pengembangan proses pengambilan keputusan berbasis O-LCA adalah untuk perusahaan
tekstil agar mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke manajemen kontrol perusahaan dan sistem
pengambilan keputusan untuk mencapai
keuntungan ekonomi dan lingkungan pada saat yang sama, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Dengan demikian, peta scoping O-LCA pada tekstil dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan
tekstil untuk mendefinisikan langsung goal and scope mereka sebagaimana dicontohkan pada gambar 4.
C.2. Tahap 2: Life Cycle Inventory
Selama
pengumpulan data
pada tahap
analisis persediaan, sistem dimodelkan,
dan Life Cycle Inventory (LCI) hasil yang dicapai koheren dengan goal and scope definition. Sementara kegiatan LCA tradisional yang tidak langsung terkait dengan produksi
biasanya tidak dianggap. Kegiatan O-LCA tersebut termasuk dalam analisis persediaan. Secara khusus, dalam O-LCA, persediaan
harus terdiri dari semua input (misalnya,
energi, air dan bahan baku) dan output
(misalnya, rilis zat ke lingkungan dalam bentuk emisi ke udara, air, dan
tanah) yang terhubung dengan kegiatan langsung dimasukkan dalam batas sistem yang didefinisikan pada tahap sebelumnya. Secara
khusus, untuk setiap proses makro didefinisikan
dalam fase "goal
and scope definition", kedua
proses primer dan pendukung didefinisikan dan dipetakan. Kegiatan utama yaitu mereka yang terlibat secara fisik dalam penciptaan
produk, sedangkan kegiatan pendukung yaitu menyediakan input dan infrastruktur
yang memungkinkan kegiatan utama berlangsung, yaitu pengadaan sumber manajemen daya
manusia dan mengembangkan teknologi infrastruktur.
Untuk
setiap input, proses, output, dan sumber daya dimaksudkan sebagai
perlengkapan dan peralatan yang mendukung proses eksekusi diidentifikasi dan kode. Selain itu, mendukung mekanisme pabrik di
layanan produksi yang dipertimbangkan
(misalnya, listrik, air, pemanasan dan pendinginan, sistem pencahayaan, dll).
Alat
penunjang utama untuk tahap ini adalah Textile Inventory Matrix (TIM) yang mengandung 147 proses primer, 25 proses pendukung, 11 pabrik
mekanik , 242 input, 136 output, dan 105 sumber daya. Secara keseluruhan,
matriks ini menggambarkan akuntansi sistematis arus lingkungan dalam organisasi. Tabel 1 menunjukkan struktur umum dari TIM. Baris menunjukkan input, output
dan sumber daya yang didaftar. Kolom menunjukkan setiap proses makro, proses primer, proses pendukung, dan pabrik mekanik yang dicatat.
TIM adalah alat komprehensif yang memasukkan semua proses primer dan
pendukung, serta semua pabrik mekanikpada bidang tekstil dan sektor
pakaian. Ketika sebuah perusahaan menggunakan
alat seperti hanya untuk proses yang dilakukan dalam usaha
atau proses yang harus dikontrol, hal ini sama halnya
dengan diagram batas sistem O-LCA.
C.3. Tahap 3: Life Cycle Impact Analysis
Selama
fase penilaian dampak, hasil LCI digunakan untuk mengevaluasi signifikansi dampak lingkungan yang potensial. Pada fase ini, metode yang
sama digunakan untuk produk dan O-LCA setelah persediaan telah disusun. Secara umum,
proses ini mengaitkan
data persediaan dengan dampak lingkungan tertentu dan mencoba untuk memahami dampak-dampak tersebut. Gunanya agar lebih
spesifik dan relevan mengenai lingkungan, dan diperlukan pendekatan sistematis untuk mencegah
pergeseran beban pemecahan suatu masalah. Tujuan utamanya adalah
untuk mengurangi dampak dari suatu organisasi terhadap lingkungan secara keseluruhan, atau untuk menemukan dampak
keseimbangan yang tepat antara masing-masing aspek. Dengan
mempertimbangkan beberapa dampak,
perusahaan memiliki beberapa perspektif yang menilai
bagaimana proses pengaruhnya
terhadap lingkungan, yang dapat
menawarkan solusi inovatif yang lebih sustainable.
Secara operasional, persediaan yang pertama dikompilasi dengan konsumsi
sumber daya untuk input dan diproduksi dalam
jumlah tertentu untuk menghasilkan output. Kemudian,
input dan output harus diterjemahkan ke dalam dampak lingkungan yang sesuai
dengan salah satu metode penilaian dampak yang ada. Terdapat dua langkah wajib yang harus dilakukan, yaitu klasifikasi
dan karakterisasi. Pada tahap klasifikasi, kategori
mid-point impact telah dipertimbangkan dan
telah dikaitkan dengan input dan output yang termasuk dalam TIM. Alat yang dihasilkan, bernama Sustainable
Textile Assessment Tool (STAT), yang
dapat digunakan oleh perusahaan tekstil untuk mengklasifikasikan input dan output mereka ke
dalam kategori referensi dampak, ditunjukkan pada Tabel 2. Karena perbedaan
penggunaan sumber daya dan emisi polutan yang diidentifikasi ke dalam kehidupan fase siklus persediaan biasanya yang
berbeda dengan potensi dampak lingkungan dalam setiap kategori dampak, metode karakterisasi yang digunakan adalah dengan mengasosiasikan
skala dari faktor emisi polutan karakterisasi/konversi
yang dipilih.
Secara
khusus, Instant LCA Web Portal untuk tekstil yang dikembangkan oleh Intertek, merupakan solusi online untuk LCA dengan produk eco-desain yang memungkinkan perhitungan
instan, perbaikan dan pelaporan
dampak lingkungan untuk tekstil. GABI Database "Tekstil finishing" termasuk data persediaan untuk pre-treatment proses kegiatan, pencelupan, pencetakan, dan finishing. Sedangkan software EIME yang dikembangkan oleh
Bureau Veritas CODDE dan
Gemtex yang berisi database tekstil khusus dan
berbagai dataset tekstil LCI. Modint Ecotool dikembangkan oleh CE Delft, adalah
alat berbasis Excel yang berisi informasi LCA pada proses di setiap tahap rantai produksi tekstil.
Dalam
rangka untuk mengidentifikasi "hotspot", mengidentifikasikan elemen dalam sistem yang berkontribusi paling besar terhadap beban lingkungan perlu dilakuka. Kategori
dampak lingkungan harus dinormalisasi dan berbobot. Tujuan dari normalisasi adalah untuk merujuk skor dampak
untuk referensi umum, sehingga menunjukkan perbandingan
relatifnya. Secara
khusus, normalisasi LCA menerjemahkan skor dampak menjadi kontribusi relatif dari organisasi untuk situasi referensi yang dimaksudkan
sebagai profil lingkungan dari suatu sistem ekonomi. Pada akhir langkah ini, semua indikator kategori dinormalisasi dengan mengekspresikannya di unit yang sama,
membuat perbandingan
kategori dampak yang berbeda. Pada sektor tekstil Eropa dan dampak lingkungan dari tekstil
produksi di Uni Eropa telah dipilih sebagai
acuan ekonomi sistem seperti pada Tabel 3.
Untuk
non perusahaan Eropa, dampak
lingkungan dari sektor tekstil nasional harus dipertimbangkan. Dengan cara ini, dampak lingkungan dari organisasi pelapor dievaluasi terhadap sektor ekonomi.
Setelah
normalisasi, dilakukan pembobotan untuk menyesuaikan indikator
yang telah dinormalisasi
untuk menunjukkan kepentingan relatif berdasarkan kategori dampak yang berbeda. Bahkan, untuk kategori dampak yang
sama dapat dinilai sebagai lebih atau
kurang relevan dengan pemangku kepentingan dan pengambil keputusan yang berbeda (bahkan dalam
organisasi yang sama). Sebuah nilai yang lebih tinggi dari indikator mungkin
tidak cukup untuk memprioritaskan hal itu sehubungan dengan indikator lain
dengan nilai yang lebih rendah jika hal yang kurang penting daripada dianggap yang
terakhir. Oleh karena itu, nilai normalisasi dari N_IRc harus diperhatikan oleh
kepentingan relatif di
setiap kategori dampak. Pada langkah pembobotan,
hasil normalisasi dikalikan dengan serangkaian faktor bobot (W_Irc) untuk setiap dampak
kategori. Berikut
rumusnya:
Berat masing-masing kategori dimaksudkan untuk menunjukkan kategori kepentingan relative sehubungan
dengan kategori lainnya. Bobot
membutuhkan penilaian mengenai pentingnya masing-masing kategori dampak yang dipertimbangkan dan berpotensi mempertimbangkan beberapa atribut. Ketika beberapa peneliti yang terlibat dalam
menentukan bobot, dan terdapat banyak atribut untuk mengevaluasi setiap kategori,
langkah ini mungkin konvergen ke satu titik yang sama. Untuk menghindari
masalah ini, pembobotan dan pennetuan peringkat berikutnya dari kategori dampak
bisa dicapai dengan menggunakan beberapa pendekatan, dari berpasangan sederhana
dibandingkan dengan yang lebih kompleks seperti metode Delphi, atau metode yang berkaitan dengan Multi-criteria
Decision Analysis (MCDA), seperti
Analytic Hierarchy Process (AHP) (Saaty, 1980). Oleh karena itu, data dan hasil
indikator harus dibuat tersedia
sebelum langkah pembobotan untuk memastikan transparasi pendekatan. Melalui hasil dari tahap penilaian dampak dapat dirumuskan argumen yang kuat untuk tindakan yang efektif.
C.4. Tahap 4: Interpretasi Hasil
Berdasarkan
hasil dari tahap penilaian dampak, sebuah daftar prioritas dapat dibuat oleh peringkat IRC, sehingga
mengidentifikasi kategori dampak yang paling
penting. Kemudian, karena masing-masing kategori dampak terkait TIM dengan Sustainable Tekstil Assessment Tool (Tabel 2), mungkin maka mengidentifikasi
lingkungan hotspot dalam hal input,
output, proses dan akibatnya.
Pada Tabel 4 Particulate
Matter Formation (PMF) adalah kategori
dampak yang paling penting, dan
hotspot adalah input I2 dan O2. Dari TIM kemudian diidentifikasi
proses yang paling penting memiliki
I2 sebagai input dan / atau O2 sebagai output. Informasi tersebut dapat
digunakan untuk menentukan solusi yang paling berpotensi menurunkan dampak lingkungan, dengan
fokus pada elemen yang paling penting
untuk diidentifikasi.
Pada dasarnya, solusi potensial bisa
merujuk ke:
a.
Solusi teknis
di tingkat produksi, seperti instalasi dari pabrik surya yang memungkinkan produksi listrik
atau air panas untuk sistem pemanas;
b.
Solusi
manajerial untuk mendorong proses menuju sustainability,
seperti penerapan prinsip-prinsip lean
manufacturing yang dapat diadopsi untuk
mengoptimalkan efisiensi dalam penggunaan input dan sumber daya
c.
Solusi di tingkat pemasok, termasuk penggunaan bahan yang
sustainable, reuse, daur ulang dan pemulihan.
Untuk sektor tekstil, daftar Best Available Techniques (BAT) untuk mendukung identifikasi
solusi potensial yang
tersedia. BAT yang umum didefinisikan dalam scope European IPPC (Integrated Pollution Prevention and Control) sebagai tahap yang paling efektif dan canggih
dalam pengembangan aktivitas dan metode
operasi yang menunjukkan kesesuaian
praktis dari teknik tertentu untuk menentukan emission limit
values (ELV) yang dirancang untuk mengurangi emisi dan dampaknya pada lingkungan hidup secara keseluruhan.
Solusi
yang diidentifikasi, bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan, kemudian dievaluasi untuk menilai hasil
investasi mereka dan dampak ekonomi. Analisis keuangan harus mampu menangkap semua biaya yang relevan dan
signifikan yang berkaitan dengan
alternatif, seperti pada metode
Total Cost Assessment (TCA). TCA
mirip dengan teknik penganggaran modal tradisional, bedanya adalah TCA mencoba
untuk memasukkan semua biaya dan manfaat yang terkait pada setiap alternatif, termasuk pengeluaran dan
penghematan lingkungan.
Pada tabel 5 empat biaya yang dianggap adalah biaya langsung, biaya
tidak langsung, biaya kontingen, dan biaya
yang kurang nyata. Setelah semua
biaya yang terkait dengan setiap solusi diidentifikasi, dilakukan evaluasi nilai tambah ekonomi untuk masing-masing Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Payback
Period. Akhirnya, dengan mengumpulkan data secara teratur dan menghitung
indikator dalam tahap penilaian bisa
memantau dan mengendalikan dampak lingkungan dari waktu ke waktu.
D. Discussion
Studi kasus dilakuka pada perusahaan benang (yang selanjutnya disebut sebagai Texco).
Pertama, ruang lingkup proses pengambilan
keputusan terbatas pada proses makro dan kegiatan yang tidak langsung (tahap 1),
seperti terlihat pada Gambar. 4.
Kemudian, proses dan fitur fasilitas terkait
dengan bisnis perusahaan yang dipilih
dari TIM komprehensif (tahap 2e
terlihat pada Lampiran A). Setiap proses, input, output dan sumber daya diukur, setelah itu kategori dampak (IRC) dihitung dan
kemudian dinormalisasi (N_IRc) (Tahap
3), seperti dalam Tabel 6.
Langkah
pembobotan dilakukan dengan menggunakan teknik Rank
Order Centroid (ROC). Teknik ROC
adalah cara sederhana untuk menempatkan
berat ke sejumlah item berdasarkan peringkat sesuai dengan tingkat kepentingannya. Metode ROC dipilih karena jumlah kategori dampak yang relatif besar sehingga
kurang sesuai jika digunakan metode perbandingan berpasangan. Keuntungan utama
menggunakan ROC adalah kemudahan untuk menentukan peringkat item. Pada Tabel
7, terdapat empat kategori dampak
yang paling penting, terlepas dari nilai normalisasinya. Peringkat yang diberikan berdasarkan
rumus:
Keterangan:
wi = bobot yang terkait dengan elemen i
Pada kategori dampak ini, konsumsi energi diakui
sebagai hotspot yang paling penting, karena memberikan kontribusi
besar terhadap perubahan iklim (Tabel 8). Kontribusi masing-masing proses
untuk konsumsi energi ditunjukkan pada Tabel 9. Di antara BAT yang tersedia, efisiensi tinggi sebagai potensi solusi untuk menurunkan konsumsi energi dari proses
pemintalan. Data ekonomi dan teknis dari solusi tersebut dilaporkan pada Tabel 10, sedangkan Tabel 14
meliputi analisis keuangan dari
investasi (dengan 10% discount rate).
Proses
kritis kedua adalah sistem penyejuk (untuk persiapan berputar). Dalam hal ini, Air Handling Unit (AHU) menunjukkan
instalasi inverter pada kipas
sentrifugal. Tabel 11 menunjukkan teknis parameter dan biaya karakteristik untuk solusi ini. Keempat solusi yang diusulkan dibandingkan pada Tabel 14, yang menunjukkan energi yang disimpan dan estimasi juga dihitung
dan diubah menjadi setara CO2. Hasil
tersebut kemudian direpresentasikan ke dalam koordinat Cartesian (Gambar 5).
Solusi
lingkungan dan ekonomi terbaik adalah substitusi sistem pencahayaan dengan lampu neon dan LED, sedangkan instalasi-efisiensi tinggi motor listrik pada mesin berputar adalah solusi terbaik kedua. Dengan penerapan
kedua pilihan tersebut mungkin bisa untuk menyimpan 388.402 kg CO2 per tahun.
E. Conclusion
Sustainability adalah suatu cara mendapatkan lebih banyak dan lebih relevansi untuk menciptakan nilai perusahaan. Manfaat yang banyak, mulai dari pengurangan biaya untuk manajemen risiko dan inovasi bisnis, meningkatkan pendapatan
dan pertumbuhan nilai merek. Di sektor tekstil, beberapa perusahaan mulai membuka jalan menuju sustainability
dengan sejumlah pendekatan yang
berbeda. Dalam konteks seperti itu, jurnal ini mengusulkan
sebuah proses pengambilan keputusan untuk
membantu perusahaan tekstil dalam memenuhi lingkungan ekonomi dan manfaat yang kompetitif. Secara khusus, itu
adalah proses referensi yang dibangun dengan metodologi O-LCA untuk membantu manajer operasi
membuat keputusan tentang potensi
dampak lingkungan dari proses, dan
untuk mendukung identifikasi peluang untuk mencegah pencemaran dan untuk mengurangi konsumsi sumber daya melalui analisis sistematis.
proses
penyediaan sistem
manajemen dapat mendukung manajer untuk:
a.
Memantau dan
mengevaluasi kinerja lingkungan dengan
perspektif yang dinamis, menyediakan
perusahaan dengan informasi yang tepat berdasarkan keputusan yang tepat.
b.
Mengidentifikasi
kegiatan dan bisnis mekanik apakah perlu ditingkatkan atau diubah untuk
mengurangi dampak lingkungan, memungkinkan penghematan biaya baik dalam jangka
pendek dan jangka panjang, mengembangkan kasus bisnis untuk sustainability.
c.
Mendefinisikan strategi untuk sustainability dan mendorong pembangunan
sustainable dari
sebuah perusahaan
d.
Meningkatkan citra sustainable.
Kesimpulannya, jurnal ini dapat dianggap
sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Secara khusus, dalam rangka mengatasi
keterbatasan pekerjaan, beberapa kemungkinan arah yang selanjutnya ditunjukkan.
Pertama, dimensi sosial harus
disertakan dalam proses pengambilan keputusan. Kedua, goal
and scope definition dapat diperbesar untuk mengendalikan seluruh tekstil dan rantai pakaian dari pertumbuhan dan produksi bahan baku,
hingga distribusi dan ritel dari produk
akhir kepada pelanggan. Ketiga, Decision MakingSoftware (DMS) dapat dikembangkan
untuk mendukung analisis yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar